Bertempat di Lapangan Voli Dusun Kelawi 1, kegiatan yang difasilitasi oleh Mitra Bentala ini diikuti oleh 26 anggota Destana Desa Kelawi.
Pelatihan ini bertujuan untuk memastikan para anggota Destana memahami cara menggunakan peralatan evakuasi dengan tepat, sehingga mereka lebih siap menghadapi situasi darurat.
Peralatan evakuasi yang dilatih meliputi tenda pleton, tandu, kursi roda, megaphone, handy talkie, serta kentongan tradisional—semuanya merupakan bantuan dari Mitra Bentala.
Belajar Langsung dari Ahlinya
Untuk memberikan pelatihan berkualitas, Mitra Bentala menghadirkan sejumlah pelatih dari berbagai institusi. AIPDA Andi Wibowo dari Polsek Penengahan memberikan pelatihan penggunaan kentongan tradisional sebagai alat peringatan dini.
Pelatihan pendirian tenda pleton, penggunaan tandu, kursi roda, dan megaphone dipandu oleh Bapak Rommi Rohiyin, Anda Mirza, dan Suyanto dari BPBD Lampung Selatan.
Sementara itu, Bapak Agus Yanto dari RAPI Lampung Selatan melatih penggunaan handy talkie, termasuk teknik komunikasi darurat dengan pihak BPBD.
Meningkatkan Kesiapan dan Kekompakan
Pelatihan ini tidak hanya berfokus pada teknis penggunaan peralatan, tetapi juga memperkuat koordinasi antaranggota Destana. Setiap peserta dilatih untuk memahami perannya, sehingga proses evakuasi dapat berjalan cepat dan efisien.
“Seru sekali bisa belajar langsung cara menggunakan alat-alat ini. Sebelumnya saya hanya tahu sekilas, tetapi sekarang saya paham betul bagaimana cara mendirikan tenda pleton atau menggunakan handy talkie,” ujar Feri, salah satu peserta pelatihan.
Hal senada disampaikan oleh Indah, peserta lainnya. “Kami juga diajari cara bekerja sama dengan baik dalam situasi darurat. Jadi tidak hanya fokus pada alat, tetapi juga cara berkoordinasi agar proses evakuasi lebih lancar,” tuturnya.
Bantuan Konkret dari Mitra Bentala
Destana Desa Kelawi kini memiliki peralatan evakuasi yang lengkap, meliputi satu tenda pleton, dua tandu, dua kursi roda, dua megaphone, tiga handy talkie, dan sembilan kentongan tradisional.
Bantuan ini menjadi wujud nyata dukungan Mitra Bentala untuk membangun ketangguhan Desa Kelawi dalam menghadapi potensi bencana.
Kepala Desa Kelawi, Bapak Syafrudin, menyampaikan apresiasinya atas pelatihan ini. “Kami sangat berterima kasih kepada Mitra Bentala dan para pelatih yang telah mendukung kami.
Pelatihan ini menjadi langkah besar bagi Desa Kelawi untuk menjadi desa yang lebih siap dan mandiri dalam menghadapi bencana,” ungkapnya.
Pelatihan ini diharapkan dapat meningkatkan kesadaran, keterampilan, dan kekompakan anggota Destana Desa Kelawi dalam menghadapi situasi darurat, menjadikan mereka lebih sigap, tanggap, dan percaya diri dalam melindungi masyarakat.***
]]>Acara ini dihadiri oleh 58 peserta dari kalangan masyarakat, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), dan Destana Desa Kelawi.
Kegiatan ini turut mengundang dua tokoh inspiratif, yakni Bapak Warsito, pelatih dari UMKM Gubuk Maggot STBM Jati Indah, dan Bapak Muherwan dari Dinas Lingkungan Hidup bidang Persampahan. Selain itu, turut hadir Bapak Samsul, pengelola Bank Sampah Desa Kelawi.
Dalam sesi pelatihan, para peserta diajarkan teknik pemilahan sampah rumah tangga serta pemanfaatan sampah organik untuk budidaya maggot.
Penggunaan maggot, yang merupakan larva lalat Black Soldier Fly (BSF), dianggap sebagai solusi inovatif yang tidak hanya mengurangi limbah organik tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Maggot BSF memiliki kemampuan luar biasa dalam menguraikan limbah organik, yang diubah menjadi biomassa bergizi tinggi dan dapat dimanfaatkan sebagai pakan ternak kaya protein.
Menurut Bapak Warsito, budidaya maggot adalah praktik yang dapat diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bentuk kepedulian terhadap lingkungan.
“Kegiatan ini sangat baik untuk memberi warisan kepada generasi yang akan datang bahwa masyarakat Kelawi memiliki kesadaran memelihara alam semesta. Dengan memisahkan sampah organik dan anorganik, serta mengolah limbah organik sebagai pakan maggot BSF, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih bersih sekaligus membangun sirkulasi ekonomi bagi masyarakat,” ujarnya.
Pengelolaan sampah yang efektif melalui metode ini diharapkan mampu mengurangi bau tak sedap, mencegah penyebaran penyakit, dan mengurangi emisi gas rumah kaca yang dihasilkan dari pembusukan limbah di tempat pembuangan akhir.
Selain itu, hasil budidaya maggot yang kaya akan protein tinggi dapat menjadi peluang ekonomi baru bagi masyarakat, terutama sebagai pakan ternak yang lebih murah dan berkelanjutan.
Bapak Samsul, pengelola Bank Sampah Desa Kelawi, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. “Program seperti ini sangat baik dan harapannya berkelanjutan serta bermanfaat bagi masyarakat.
Kami berharap Desa Kelawi semakin bersih dari sampah dan kegiatan semacam ini dapat terus dikampanyekan agar kesadaran lingkungan semakin meningkat,” ungkapnya.
Melalui pelatihan ini, Desa Kelawi berharap dapat meningkatkan kesadaran dan keterampilan masyarakat dalam pengelolaan sampah secara bijak dan berkelanjutan.
Dengan adanya program ini, lingkungan yang lebih sehat dan bersih dapat tercipta, sekaligus meningkatkan perekonomian desa melalui budidaya maggot yang mengolah sampah menjadi nilai tambah bagi komunitas.***
]]>Tujuan dari sosialisasi kebencanaan di tingkat dusun adalah untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan kesadaran masyarakat terhadap potensi bencana yang mungkin terjadi di lingkungan sekijtar.
Dengan sosialisasi yang dilakukan, warga diharapkan mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang langkah-langkah yang perlu diambil sebelum, saat, dan setelah bencana terjadi.
Rangkaian kegiatan yang dilakukan meliputi pembukaan dari ketua Destana, penyampaian materi dan diskusi. Materi kebencanaan dan pengurangan risiko bencana disampaikan oleh Ketua Destana, Bapak Toni Saputra dan salah Satu Anggota Destana yaitu Bapak Jahrudin.
Menurut Bapak Toni Saputra melalui materi yang disampaikan bencana merupakan peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan yang disebabkan oleh faktor alam dan non-alam.
Bencana terjadi karena besarnya ancaman yang didukung oleh kerentanan serta kapasitas masyarakat tentang kebencanaan yang kurang.
Oleh karena itu pengurangan risiko bencana perlu disosialisasikan karena upaya ini merupakan langkah preventif yang sangat penting untuk meminimalkan dampak dari bencana, baik dari segi korban jiwa, kerusakan infrastruktur, maupun kerugian ekonomi.
“Destana Desa Kelawi akan terus melakukan upaya pengurangan risiko bencana dengan melakukan sosialisasi kebencanaan dari dusun ke dusun di Desa Kelawi secara bergantian disetiap bulannya” ucap Bapak Jahrudin.***
]]>Bertempat di Balai Desa Kelawi, acara ini dihadiri oleh aparat desa, anggota Destana, Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB), dan kelompok perempuan setempat.
Sosialisasi ini bertujuan untuk memberikan edukasi yang tepat mengenai pencegahan DBD kepada masyarakat, khususnya dalam menjaga kebersihan lingkungan dan mengenali gejala penyakit ini.
Acara tersebut menghadirkan dua narasumber dari Puskesmas Bakauheni, yaitu Bapak Enda Marsulin, A.md.Kep., dan Ibu Ns. Isna Septiana, S.Kep., yang menjelaskan pentingnya langkah-langkah preventif dalam mencegah penyebaran DBD.
Mereka memberikan informasi seputar pola hidup sehat, langkah kebersihan lingkungan, serta pentingnya menjaga daya tahan tubuh untuk melawan infeksi virus penyebab DBD.
Dalam pemaparannya, Bapak Enda Marsulin menekankan bahwa hingga saat ini belum ada obat yang dapat secara langsung membunuh virus DBD.
“Satu-satunya cara yang bisa kita lakukan adalah menjaga kebersihan lingkungan dan meningkatkan daya tahan tubuh,” ujarnya.
Enda juga mengingatkan masyarakat untuk memperbanyak minum air putih, mengonsumsi vitamin, serta sayur dan buah-buahan guna menjaga imunitas tubuh.
Ibu Isna Septiana turut menambahkan bahwa kebersihan lingkungan memegang peran penting dalam pencegahan DBD.
“Selama ini masyarakat sering kali mengandalkan fogging untuk membasmi nyamuk, tetapi fogging hanya membunuh nyamuk dewasa, sedangkan jentik-jentik yang berkembang biak di genangan air tetap bisa menetas. Karena itu, kita harus melakukan 3M (Menguras, Menutup, dan Memanfaatkan barang bekas),” jelasnya.
Metode 3M yang diperkenalkan dalam sosialisasi ini menjadi langkah kunci dalam pencegahan DBD. Masyarakat diajak untuk lebih peduli terhadap lingkungannya dengan cara menguras bak mandi dan tempat penampungan air setidaknya sekali seminggu, menutup rapat wadah-wadah air agar tidak menjadi sarang nyamuk, serta memanfaatkan kembali barang-barang bekas yang berpotensi menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.
Ibu Isna juga menegaskan pentingnya kebersihan lingkungan rumah tangga sebagai bagian dari upaya pencegahan. “Jika semua masyarakat Desa Kelawi mulai mempraktikkan 3M di rumah masing-masing, kita dapat secara signifikan mengurangi risiko penyebaran DBD,” ucapnya. Ia juga mengingatkan bahwa mencegah lebih baik daripada mengobati, terutama ketika penanganan terhadap pasien DBD membutuhkan perawatan intensif di rumah sakit.
Kasus DBD yang terus meningkat di Lampung Selatan menjadi perhatian utama dalam sosialisasi ini. Meskipun pemerintah telah melakukan berbagai upaya, seperti kampanye kesehatan dan penyemprotan fogging, tantangan yang dihadapi masih besar.
Banyak masyarakat yang belum memahami betul pentingnya tindakan pencegahan sejak dini, sehingga kasus-kasus baru DBD masih terus bermunculan setiap tahunnya.
Melalui kegiatan sosialisasi ini, Mitra Bentala bersama Destana Desa Kelawi berharap dapat meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sebagai langkah preventif utama.
Kegiatan edukasi seperti ini diharapkan mampu mengubah pola pikir masyarakat, dari yang hanya mengandalkan fogging menjadi lebih proaktif dalam menjaga lingkungan sekitar agar terhindar dari penyakit mematikan ini.
Salah satu peserta sosialisasi, Ibu Siti, mengaku banyak mendapatkan ilmu baru dari kegiatan tersebut.
“Saya biasanya hanya membersihkan bak mandi sebulan sekali, tapi sekarang saya paham bahwa harus dilakukan lebih sering agar nyamuk tidak berkembang biak. Saya juga akan mengajarkan ini kepada keluarga dan tetangga,” katanya.
Kolaborasi antara Mitra Bentala, Destana, dan Puskesmas Bakauheni menjadi contoh nyata bagaimana pencegahan penyakit bisa dilakukan secara efektif melalui pendekatan edukasi masyarakat.
Sosialisasi ini bukan hanya bertujuan untuk menginformasikan cara pencegahan, tetapi juga membangun kesadaran kolektif bahwa masalah DBD bukanlah tanggung jawab pemerintah semata. Peran aktif masyarakat dalam menjaga kebersihan lingkungan menjadi faktor kunci dalam memerangi penyakit ini.
Melalui sosialisasi yang berkelanjutan, diharapkan pengetahuan yang telah diberikan kepada warga Desa Kelawi bisa menyebar ke komunitas yang lebih luas, sehingga Lampung Selatan dapat secara bertahap mengurangi kasus DBD.
Selain itu, kegiatan seperti ini juga memperkuat hubungan antara masyarakat dengan pemerintah lokal dalam usaha bersama menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Kegiatan sosialisasi yang dilakukan Mitra Bentala dan Destana Desa Kelawi ini menjadi langkah awal yang penting dalam mengedukasi masyarakat mengenai pencegahan DBD, sekaligus meningkatkan kesadaran bahwa perubahan dimulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat.
Dengan sinergi yang baik antara masyarakat dan pemerintah, harapan untuk mengurangi risiko DBD di Lampung Selatan dapat terwujud.***
]]>Mitra Bentala, bekerja sama dengan Destana dan FPRB Desa Kelawi, menyelenggarakan kegiatan penyusunan dokumen Standard Operating Procedure (SOP) Tanggap Darurat tingkat desa.
Kegiatan ini melibatkan kelompok Destana dan FPRB Desa Kelawi yang berkomitmen untuk meningkatkan keamanan dan kesejahteraan masyarakat setempat.
Secara geografis, Lampung Selatan terletak di sepanjang Cincin Api Pasifik, sebuah zona dengan aktivitas seismik dan vulkanik yang sangat tinggi.
Di wilayah ini, Lempeng Indo-Australia bergerak ke arah Lempeng Eurasia, menciptakan zona subduksi yang aktif. Proses subduksi ini menyebabkan tekanan besar di dalam kerak bumi, yang dapat dilepaskan dalam bentuk gempa bumi dan, jika terjadi di bawah laut, memicu tsunami.
Gempa bumi dan tsunami adalah bencana yang terjadi dengan cepat dan tidak terduga, menuntut adanya kesiapsiagaan tinggi serta respons cepat dari semua pihak yang terlibat.
Dalam konteks ini, penyusunan SOP Tanggap Darurat menjadi sangat penting sebagai panduan dalam menghadapi situasi darurat tersebut.
Dokumen SOP yang disusun bertujuan untuk memastikan adanya langkah-langkah terstruktur dalam menanggulangi bencana.
Mulai dari deteksi dini, kesiapsiagaan dan respon cepat, komunikasi dan koordinasi, hingga evakuasi dan penyelamatan, semua aspek dijabarkan secara rinci.
Dengan SOP yang jelas dan terkoordinasi, risiko dan dampak negatif dari gempa bumi dan tsunami dapat diminimalisir.
Ibu Sri Widiawati, salah satu anggota Destana Desa Kelawi, menyampaikan bahwa penyusunan SOP Tanggap Darurat ini sangat penting.
“Dengan adanya SOP yang jelas, akan mempermudah Tim Destana dalam mengambil tindakan ketika terjadi bencana,” ungkapnya. Pandangan ini mencerminkan betapa pentingnya panduan yang terstruktur dalam situasi darurat.
Penyusunan SOP ini tidak hanya membantu dalam menyiapkan masyarakat agar lebih siap menghadapi bencana, tetapi juga meningkatkan kesadaran tentang tindakan yang harus diambil ketika bencana terjadi. Dengan demikian, keselamatan dan kesejahteraan masyarakat Desa Kelawi dapat lebih terjaga.
Melalui inisiatif ini, Mitra Bentala, Destana, dan FPRB Desa Kelawi menunjukkan komitmen mereka untuk melindungi masyarakat dari ancaman bencana alam.
Kegiatan penyusunan dokumen SOP ini menjadi langkah proaktif yang sangat penting dalam membangun ketahanan desa di tengah ancaman seismik yang mengintai sepanjang Cincin Api Pasifik.
]]>Masalah sampah merupakan tantangan serius yang dihadapi oleh hampir semua negara di dunia. Dengan meningkatnya jumlah penduduk dan aktivitas manusia, produksi sampah meningkat secara signifikan. Dampak dari masalah ini tidak hanya terbatas pada aspek lingkungan, tetapi juga kesehatan masyarakat.
Dusun Minang Rua, yang dulunya terkenal dengan keindahan alamnya, kini menghadapi dampak negatif dari perkembangan pariwisata. Peningkatan jumlah pengunjung membawa dampak berlipat ganda terhadap volume sampah yang dihasilkan. Hal ini menjadi keprihatinan serius bagi warga setempat dan pihak terkait.
Menghadapi masalah tersebut, Mitra Bentala mengambil langkah proaktif dengan menginisiasi aksi bersih lingkungan. Kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk Mahasiswa KKN ITERA, Wawai Waste, dan Destana Desa Kelawi, menjadi kunci keberhasilan kegiatan ini. Tidak hanya memungut sampah, tetapi juga mendaur ulang sampah yang terkumpul secara efektif.
Partisipasi aktif dari BPBD Lampung Selatan, Dinas Sosial Lampung Selatan, Dinas Lingkungan Hidup Lampung Selatan, dan Dinas Kesehatan Lampung Selatan menunjukkan dukungan pemerintah dalam menjaga kebersihan lingkungan. Selain itu, keterlibatan siswa dari SMPN 1 Bakauheni dan masyarakat setempat memberikan dampak sosial yang signifikan, meningkatkan kesadaran akan kebersihan lingkungan.
Sebagai bagian dari komunitas akademik, mahasiswa KKN ITERA tidak hanya membantu dalam pelaksanaan aksi bersih, tetapi juga menjadi agen perubahan dalam meningkatkan kesadaran lingkungan di kalangan generasi muda. Pendapat Adella Safira Putri mencerminkan semangat dan harapan untuk melihat kegiatan serupa dilakukan secara rutin.
Aksi bersih lingkungan bukan hanya tentang membersihkan sampah, tetapi juga tentang membangun kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga lingkungan bagi masa depan yang lebih baik. Dengan kolaborasi yang kuat dan partisipasi aktif dari berbagai pihak, kita dapat mewujudkan lingkungan yang bersih, sehat, dan lestari untuk generasi mendatang.
]]>FGD ini diadakan pada hari Rabu, 24 April 2024 di Balai Desa Kelawi, Kecamatan Bakauheni, Kabupaten Lampung Selatan dihadiri oleh anggota Forum Pengurangan Risiko Bencana (FPRB) Desa, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lampung Selatan, serta perwakilan kelompok rentan, termasuk lansia, ibu hamil, penyandang disabilitas, dan anak-anak.
Tujuan utama FGD ini adalah untuk memastikan bahwa suara dan kebutuhan kelompok rentan didengar dalam proses penyusunan dokumen kajian kerentanan dan kapasitas desa untuk pengurangan risiko bencana.
Afif Septian, Field Officer Mitra Bentala, menjelaskan bahwa Desa Kelawi adalah daerah yang rawan bencana karena letaknya di Pesisir Lampung Selatan.
Dalam beberapa tahun terakhir, Desa Kelawi mengalami berbagai jenis bencana alam seperti tsunami, longsor, dan banjir, yang berdampak signifikan secara materi dan non-materi.
Oleh karena itu, FGD ini penting untuk mengidentifikasi kebutuhan dan solusi bersama dari kelompok rentan yang seringkali menghadapi keterbatasan dalam mengatasi situasi krisis.
Dewi Ira Rahmawati, koordinator kegiatan, menekankan pentingnya memberikan ruang bagi kelompok rentan untuk berbicara dan berpartisipasi dalam pengurangan risiko bencana.
Pendapat dan pandangan kelompok rentan menjadi masukan penting dalam penyusunan dokumen VCA (Vulnerability and Capacity Assessment) untuk Desa Kelawi.
Ia juga menyatakan bahwa persepsi kelompok rentan tentang bencana sangat penting karena mereka sering memiliki perspektif unik yang bisa membantu dalam merancang langkah-langkah mitigasi yang lebih efektif.
Kepala Desa Kelawi Bahtiar Ibrahim menambahkan bahwa rencana aksi yang disepakati dalam FGD harus segera diimplementasikan untuk melindungi masyarakat dan meminimalkan dampak bencana.
Mereka berharap bahwa dengan mendengarkan suara kelompok rentan, desa dapat membuat kebijakan dan perencanaan yang inklusif, sehingga pengurangan risiko bencana dapat bermanfaat bagi semua lapisan masyarakat.***
]]>